September 28, 2010

Bulan Maria dan Bulan Rosario

Tahukah Anda mengapa bulan Mei menjadi Bulan Maria? Lalu bagaimana dengan bulan Oktober? Berdasar pada tradisi Gereja, dua bulan tersebut memang dikhususkan untuk menghormati Maria. Tapi, bulan Mei lebih disebut sebagai bulan Maria, sedangkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Sebetulnya, tradisi yang memandang bulan Mei sebagai bulan Maria sudah ada sejak abad pertengahan. Pada mulanya, orang-orang kafir di Italia dan Jerman sudah mempunyai kebiasaan untuk menghormati dewa-dewi pada bulan Mei. Ketika mereka menjadi Kristen, bentuk kebiasaan bulan Mei itu tetap dilanjutkan, tapi sasarannya diganti: bukan lagi dewa-dewi, tapi Bunda Maria.
Tahukah Anda bahwa penghormatan terhadap Maria juga merupakan hasil perkembangan dalam Gereja, sejak abad XVII hingga abad XIX. Pada tanggal 1 Mei 1965, Paus Paulus VI dengan ensiklik Mense Maio menegaskan kembali tradisi kesalehan ini dengan menyatakan bahwa penghormatan kepada Bunda Maria pada bulan Mei merupakan “kebiasaan yang amat bernilai“. Adapun, kebiasaan bulan Oktober sebagai bulan rosario dinyatakan pertama kalinya oleh Paus Leo XIII pada akhir abad XIX yang menganjurkan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada bulan Oktober.

Tahukah Anda bahwa dalam Injil, tidak banyak pembicaraan tentang Maria. Intervensi Maria dalam masa-masa awal kelahiran sampai Yesus remaja (melahirkan, mengungsi, mengantar sunat, mengantar dan menjemput ke bait Allah) dan perkawinan Kana. Maria tampil lagi ketika berdiri di kaki salib Yesus. Juga, pasca kenaikan Yesus ke surga, ketika para murid bingung, Maria ada dan menemani para rasul di Yerusalem. Kehadiran yang tidak menonjol (namun penting), berbeda sekali dengan perhatian yang diberikan Gereja sejak abad-abad pertama:

1. Abad pertama: Sejak dulu, Maria amat dihormati-baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat. Doa pertama yang langsung ditujukan kepada Maria adalah doa latin Sub Tuum Praesidium, yang berasal dari abad ketiga. Kini, doa ini kerap dipakai dalam completorium. Arti lengkap doa tersebut: “Santa Maria, Bunda Kristus, kami berlindung kepadamu, janganlah mengabaikan doa kami, bila kami di rundung nestapa. Bebaskanlah kami selalu dari segala mara bahaya, ya perawan yang tersuci.”
2. Ratu Kita: Dalam abad ke-12, muncul nama baru untuk Maria, Notre Dame atau Our Lady, yang dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai Ratu Kita. Abad ini ditandai dengan ke-ksatria-an dan pemujian kaum hawa. Banyak katedral dibangun untuk memuliakan Maria. Dalam abad ke-11, Ademar dari Monteil sudah menulis madah Salve Regina, “Salam Ya Ratu“, yang kemudian didengungkan dimana-mana, misalnya dalam ibadat salve dan penutup doa ofisi.
3. Malaikat Tuhan: Doa Angelus atau Malaikat Tuhan adalah doa untuk memperingati penjelmaan Kristus dalam rahim Maria. Doa ini terdiri dari tiga ayat dan setiap kali didoakan dikuti dengan doa Salam Maria. Doa ini berasal dari abad pertengahan, didoakan pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 – ketika lonceng gereja dibunyikan.
4. Devosi kepada Maria sebagai Mater Dolorosa (Ibu yang Berdukacita) berasal dari Injil Lukas (2:35). Dalam ayat tersebut, Simeon memberi nubuat kepada Maria bahwa “suatu pedang akan menembus jiwanya“. Biasanya orang menghitung tujuh dukacita atau ‘pedang’ yang menembus jiwa Maria, al: nubuat Simeon sendiri, Pengungsian ke Mesir, Sabda Maria: “Lihatlah ayah dan ibumu mencari Engkau dengan cemas” (ketika Yesus tertunggal di Bait Allah), Pertemuan dengan Yesus yang memanggul salib, Ibu Maria berdiri di kaki salib, Yesus diturunkan dari salib dan diletakkan di pangkuan ibunda (adegannya seperti digambarkan oleh Michelangelo dengan patung Pieta-nya), Yesus dimakamkan. Pesta Mater Dolorosa sendiri didirikan oleh Paus Benedictus XIII pada tahun 1727, dan kini dirayakan setiap tanggal15 September.
5. Hati Tersuci St. Maria: Devosi ini dirintis oleh Santo Yohanes Eudes (1601-1680). Devosi ini kini mendapat tempat dalam liturgi pada hari Sabtu sesudah Minggu Pentakosta dengan misa kudus untuk memperingati Hati tersuci St.Perawan Maria.

Dalam bulan Mei ini doa yang indah bagi Bunda Maria menurut tradisi Katolik adalah doa Salam Maria. Bagian pertama dari doa tersebut berkembang dalam abad pertengahan ketika Maria, Bunda Yesus, menjadi bahan perhatian umat kristiani sebagai saksi terbesar atas hidup, wafat dan kebangkitan Yesus. Bagian awal dari doa Salam Maria merupakan salam Malaikat Gabriel di Nazaret menurut Injil Lukas: Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Dengan salam itu, Malaikat Tuhan menyatakan belas kasih ilahi bahwa Tuhan akan menyertai Maria. Maria akan melahirkan Yesus ke dunia. Bagian selanjutnya, adalah salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet, sepupunya, seperti ditulis dalam Injil Lukas: terpujilah engkau di antara wanita, dan terpuilah buah tubuhmu Yesus. Dan akhirnya pada abad ke-15, bagain doa selanjutnya di tambahkan: Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Melalui bagian doa ini kita memohon kepada Bunda Maria untuk mendoakan kita orang yang berdosa, sekarang dan menjelang saat ajal kita.

Bunda Maria adalah bunda yang siap memperhatikan dan mendampingi kita anak-anaknya dalam peziarahan kita di dunia ini.

Vera amicitia est inter bono

Persahabatan sejati hanya terjadi diantara orang-orang yang tulus(baik)

Berusaha Hidup Apa Adanya

Ada seorang anak yang hidupnya bersahaja. Padahal ia anak seorang pedagang yang kaya raya di kotanya. Ia ingin hidup apa adanya seperti teman-temannya yang lain. Ia mau berjalan kaki menuju sekolahnya. Ia tidak mau dianjar oleh orangtua atau pembantunya. Ia ingin berusaha untuk menghayati hidup ini dengan sungguh-sungguh.

Bagi anak itu, semua harta kekayaan ayahnya adalah anugerah dari Tuhan. Jadi tidak perlu ia menonjol-nonjolkan harta kekayaan itu. Ia berkata, ”Harta kekayaan itu dapat saja hilang dalam waktu yang singkat. Jadi saya tidak perlu mengandalkan harta kekayaan itu. Cukuplah saya menggunakannya untuk kemajuan diri saya dan sesama saya.”

Orangtuanya sampai heran melihat sikap anaknya. Kalau saja ia mau memiliki apa saja, tentu orangtuanya akan memenuhinya. Namun ia tidak mau. Yang ia inginkan adalah ia membangun persahabatan dengan semua orang. Karena itu, ia ingin tampil apa adanya. Ia mau agar teman-temannya tidak segan bergaul dengannya. Ia ingin agar tidak ada perbedaan antara yang miskin dan kaya. Semua manusia itu sama di hadapan Tuhan.

Sahabat, tentu saja semangat seperti ini menjadi suatu keutamaan yang mesti dikejar oleh setiap manusia. Mengapa? Karena ketika orang berani mengalahkan kepentingan dirinya sendiri, ia akan menemukan begitu banyak hal baik dalam hidupnya. Ia tidak perlu bersusah payah mencari cara-cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Semua sudah tersedia baginya.

Soalnya adalah gengsi sering membutakan hati manusia. Karena dorongan untuk sama dengan orang lain, orang berusaha untuk memenuhi dirinya dengan apa saja. Padahal sebenarnya orang tidak mampu mencukupi dirinya sendiri. Orang mesti hidup apa adanya. Orang tidak perlu dibuai oleh gengsi.

Ada orang mengatakan bahwa gengsi itu mahal. Kok bisa? Karena demi gengsi orang rela mengumpulkan apa saja untuk dirinya sendiri. Orang berani menghiasi dirinya dengan hal-hal yang mahal. Orang ingin menyamai sesamanya. Tidak cukup orang hidup sesuai dengan apa yang dimilikinya. Tentu saja sikap seperti ini akan membahayakan diri sendiri. Orang berusaha sekuat tenaga untuk sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin dikejarnya.

Kisah tadi menunjukkan kepada kita bahwa hidup apa adanya itu membantu orang untuk menemukan dan mengerti tentang dirinya sendiri. Orang dapat membangun sesuatu yang bernilai tinggi tanpa harus mengandalkan harta kekayaan yang dapat binasa. Orang dapat membangun persahabatan yang seluas-luasnya dengan tampil apa adanya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk berani mengambil langkah yang baik dalam hidup ini. Langkah yang baik itu adalah hidup apa adanya. Kita tidak perlu tergoda oleh gengsi yang sering menggerogoti hidup manusia. Dengan demikian, kita dapat membangun suatu persahabatan dengan semua orang. Kita dapat menjadi orang-orang yang berguna bagi sesama kita. Tuhan memberkati. **

Kebaikan Adalah Panggilan Hidup

Saat orang sudah berusaha hidup baik dan melakukan segala yang baik, ia berharap bahwa hal-hal baik pula yang akan ia dapatkan. Menjadi suatu pergulatan tersendiri ketika yang terjadi adalah yang sebaliknya. Orang dapat menyesal terhadap semua kebaikannya, mengutuki hidup dan keadaannya, atau marah. Hal ini dialami juga oleh Ayub (lih. Ayb 1:6-22) juga murid-murid Yesus (lih. Luk 9:51-56).

Ayub meratapi hidupnya yang sedang menderita, padahal dia sudah hidup baik di hadapan Allah. Kendati demikian, Ayub tidak kehilangan iman dan kepasrahannya kepada Allah. Reaksi berbeda terjadi dalam diri para murid Yesus. Mereka menjadi marah dan berkeinginan menghukum orang-orang Samaria yang menolak kehadiran Yesus. Yesus menegur mereka atas sikap tersebut. Kebaikan sejati adalah panggilan hidup yang seharusnya lepas dari pamrih dan segala tendensi. Kebaikan sejati tidak akan luntur oleh sikap dan tanggapan orang lain, dan juga oleh aneka persoalan hidup yang mengimpit.

Tuhan Yesus, berilah aku kebaikan sejati agar aku mampu selalu berbuat baik, seperti Engkau setia berbaik hati kepadaku. Amin.